R7ZiNLx3KC2qKMr3lC8fGnzuEqDGM1kXB8IvxLhQ
Bookmark

Kenapa Juga, Anak harus Dilarang Main HP? Bagian 4

Pilih mana, buku atau HP, agar anak jadi cerdas?

Ada smartphone. Bisa nonton, bisa main, bisa joget-joget nggak jelas. Itulah kenapa, sebagai orang tua zaman now, aku harus lebih waspada. Jangan sampai anakku, Hanna, berubah jadi bintang TikTok sebelum bisa baca Iqro.

Bengkuring. Bagi orang tua yang merawat anak generasi 90-an, televisi adalah musuh terbesar. Sementara bagi anak milenial, tabung bergambar berbentuk kubus itu, adalah kotak pandora.

Mengenang masa kecil, bagiku sangat mengasyikkan. Setiap sore, aku dihadapkan dengan pilihan sulit: mengaji atau nonton Captain Tsubasa? Pilihannya sering jatuh ke Tsubasa.

Mamak memilih alternatif lain, memindahkan jadwal mengaji di malam hari. Namun, jam 19.30 WITA, Pokemon sudah menunggu. Belum lagi parade kartun di Minggu pagi, yang sukses bikin aku duduk manis dari Subuh sampai hampir Dzuhur di hadapan televisi.

Kalau dipikir-pikir, orang tua zaman dulu nggak terlalu khawatir. Kenapa? Karena televisi itu pasif. Aku cuma bisa nonton, nggak bisa klik sana-sini, dan paling banter cuma hafal jingle iklan Tepung Beras Rose Brand.

Sekarang, ada yang namanya smartphone. Bisa diakses dengan jaringan internet, yang mana informasinya liar, interaktif, dan nggak terbendung. Itulah kenapa, sebagai orang tua zaman now, aku sangat waspada. Takut Hanna joget-joget nggak jelas di hadapan HP.


Dari Buku Bergambar ke Minat Baca

Aku ingin Hanna, yang masih berusia 5 tahun, lebih suka membaca daripada main HP. Maka dimulailah misi besar: mengenalkan buku bergambar. Dari cerita binatang sampai kisah para nabi. Aku berharap Hanna tertarik.

Ternyata, eksperimen ini berhasil. Hanna makin suka buku. Awalnya cuma lihat gambar, lalu mulai mengeja. Lama-lama aku dicerca Hanna dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Semua tampak baik-baik saja, sampai...


Dilema Baru: Anak Kecanduan Membaca?

Rengekan Hanna kini ada dua, minta dibelikan buku sama minta main HP. Ini sedikit lebih baik, tapi dompetku sedikit berteriak. Harga buku anak ternyata nggak main-main. Sebagai orang tua dengan gaji di bawah UMP, aku mulai mempertanyakan: apa ini benar-benar solusi, atau jebakan baru? Sampai akhirnya aku menemukan sedikit solusi.


Solusi irit untuk orang tua cerdas

Daripada gaji habis buat buku, aku mulai cari cara:

1. Perpustakaan lokal

Banyak perpustakaan sekarang punya koleksi buku anak yang bagus. Cukup bikin kartu anggota, dan bisa pinjam gratis.

2. Tukar-tukaran buku

Kalau punya teman yang juga punya anak seusia Hanna, ini solusi murah meriah.

3. Beli buku bekas

Banyak toko online jual buku anak bekas dengan harga miring.

4. Buat cerita sendiri

Hanna suka menggambar, jadi Maul biarkan dia bikin cerita sendiri di buku kosong. Irit dan kreatif!

5. E-book gratis

Beberapa situs menyediakan buku elektronik gratis, cukup pakai HP (tapi dengan pengawasan ketat!).


Rekomendasi e-book gratis yang isinya buku cerita anak

1. Bookbot (klik di sini)

Bookbot menyediakan buku anak gratis yang disesuaikan dengan pedoman penjenjangan Kemdikbud terbaru. Buku-buku ini dirancang untuk membantu anak-anak belajar membaca dengan pendekatan fonik yang sistematis.

2. Let's Read (klik di sini)

Let's Read adalah perpustakaan digital yang menawarkan berbagai buku cerita anak berkualitas dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Buku-buku di Let's Read kaya akan kearifan lokal dan tersedia dalam berbagai tema, seperti cerita rakyat, sains, dan petualangan.

3. Ebook Anak (klik di sini)

Situs ini menyediakan berbagai e-book gratis untuk anak, termasuk kisah-kisah teladan dari Al-Quran dan seri teladan anak Muslim.

4. 10 Dongeng Nusantara (klik di sini)

E-book yang berisi kumpulan dongeng dari berbagai daerah di Indonesia, disajikan dalam dua bahasa: bahasa Indonesia dan bahasa daerah asal cerita. Cocok untuk anak usia enam tahun ke atas.

5. PiBo (klik di sini)

Menyediakan pilihan e-book anak gratis dengan berbagai judul menarik yang dapat dibaca secara online.

Setelah Hanna kecanduan membaca, aku akhirnya sadar: kalau dulu anak dikasih HP biar anteng, sekarang malah orang tua yang pusing mikirin stok buku. Jadi, siapa sebenarnya yang kecanduan? (Hna)

Posting Komentar

Posting Komentar